Afasia merupakan gangguan dalam berkomunikasi yang disebabkan karena terdapat kerusakan pada otak. Gangguan ini bisa mempengaruhi kekmampuan berbicara dan menulis seseorang hingga mempengaruhi kemampuan dalam memahami kata-kata ketika membaca atau mendengar. Walaupun kondisi ini tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan dan daya ingat penderitanya, penderita afasia biasanya menjadi keliru dalam memilih dan merangkai kata-kata untuk dijadikan kalimat yang benar. Afasia dapat terjadi secara bertahap bila disebabkan oleh tumor otak atau demensia, namun dapat terjadi secara tiba-tiba setelah penderita mengalami stroke atau cedera kepala.

Gangguan afasia tidak memandang usia dalam menyerangnya. Akan tetapi, afasia cenderung dialami oleh orang yang telah memasuki usia senja atau lebih tua. Pada umumnya, afasia disebabkan oleh kerusakan otak akibat stroke, penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak. Di sisi lain, cedera kepala berat, tumor, infeksi atau proses degenerative yang mengakibatkan kerusakan otak juga dapat menjadi penyebab afasia.

Afasia juga dapat terjadi terjadi karena menurunnya fungsi sel-sel otak yang diakibatkan oleh penyakit demensia. Walaupun dalam kondisi ini, afasia umumnya terjadi secara bertahap. Ada pula afasia yang terjadi sementara, yang disebabkan oleh migrain, kejang atau serangan iskemik transien (TIA). TIA terjadi karena aliran darah ke otak diblokir sementara.

Gejala afasia:

·Berbicara dalam kalimat pendek atau tidak lengkap

·Kalimat yang dibicarakan tidak dapat dimengerti atau tidak masuk akal

·Mengganti satu kata dengan yang lain atau satu suara dengan yang lain

·Sering mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dikenali

·Sulit mengerti ucapan orang lain

·Menulis kalimat yang tidak bisa dimengerti atau tidak masuk akal

Berdasarkan jenisnya, penderita afasia memiliki pola kekuatan dan kelemahan yang berbeda-beda. Jenis-jenis afasia adalah sebagai berikut:

1.Afasia ekspresif (motor aphasia)

Afasia ekspresif atau afasia broca merupakan jenis afasia berupa penderitanya afasia tahu apa yang ingin disampaikan kepada lawan bicaranya, namun merasa sulit untuk mengutarakannya. Pada umumnya, afasia ekspresif disebabkan terdapat kerusakan pada bagian kiri depan otak.

2.Afasia komprehensif (sensory aphasia)

Afasia komprehensif atau afasia Wernicke merupakan jenis afasia berupa penderitanya mengalami kesulitan dalam memahami atau mengerti kata-kata yang didengar atau dibaca, sehingga penderita afasia jenis ini akan mengeluarkan kata-kata atau kalimat yang sulit dimengerti oleh lawan bicaranya. Pada umumnya, afasia komprehensif disebabkan adanya kerusakan pada bagian kiri tengah otak.

3.Afasia global

Jenis ini merupakan jenis afasia paling berat yang disebabkan kerusakan yang luas pada otak. Maka penderita afasia jenis global ini akan kesulitan hingga tidak mampu membaca, menulis dan memahami perkataan orang lain. Pada umumnya, afasia jenis ini terjadi ketika seseorang baru saja mengalami stroke.

4.Afasia anomik

Pada penderita jenis afasia anomik ini, penderitanya kerap mengalami kesulitan dalam memilih hingga menemukan kata-kata yang tepat saat menulis dan berbicara.

5.Afasia progresif primer

Dalam kondisi afasia progresif primer ini, penderitanya akan mengalami penurunan kemampuan membaca, menulis, berbicara serta memahami percakapan yang terjadi secara perlahan. Memang, afasia progresif primer lebih jarang terjadi, namun lebih sulit ditangani.

Dalam mendiagnosis afasia, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis, seperti menguji kekuatan, perasaan dan refleks pasien, memeriksa detak jantung dan pembuluh darah di leher. Pemeriksaan yang dilakukan dokter untuk memastikan diagnosis, diantaranya:

·Tes pencitraan (MRI dan CT scan) yang dapat membantu dokter dalam mengidentifikasi penyebab dan area otak yang rusak

·Tes pemeriksaan keterampilan berkomunikasi, dengan cara pasien akan diminta untuk melakukan sebuah percakapan yang meliputi menyebutkan nama objek, penjawab pertanyaan hingga mengikuti instruksi.

Hingga saat ini belum ada pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah afasia. Akan tetapi, afasia dapat dicegah dengan mencegah penyebab kerusakan otak, seperti stroke dan menjaga kesehatan otak semaksimal mungkin dengan menjalankan gaya hidup sehat, diantaranya:

·Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang

·Rutin berolahraga

·Menjaga berat badan ideal

·Hindari mengonsumsi alkohol

·Menjaga kadar gula darah, tekanan darah dan kolesterol tetap normal

·Berhenti merokok

·Tidur yang cukup

Bila seseorang telah dinyatakan mengidap afasia, pengobatan perlu dilakukan untuk mengembalikan dan memperbaiki kemampuan berkomunikasi dan berbahasa hingga mengembangkan metode komunikasi lain yang dibutuhkan.

Jika kasus afasia yang dialami cukup parah, metode pengobatan afasia yang dapat dilakukan meliputi:

·Terapi wicara dan Bahasa

Terapi pengobatan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan memulihkan Bahasa sebanyak-banyaknya, mengajarkan cara dalam mengembalikan keterampilan Bahasa yang hilang serta menemukan metode komunikasi yang lain.

·Obat-obatan

Pengobatan afasia juga dapat dilakukan melalui pemberian obat-obatan tertentu. Pada umumnya, obat yang diberikan merupakan obat yang berfungsi dalam meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan kemampuan dan pemulihan otak serta membantu menggantikan bahan kimia yang habis di otak (neurotransmitter).

Apabila kerusakan yang terjadi pada otak bersifat ringan, biasanya afasia akan sembuh dengan sendirinya. Segera hubungi dokter bila mengalami kesulitan bicara, sulit memahami ucapan, sulit mengingat kata hingga bermasalah dalam membaca dan menulis. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.