Tidak jarang ketika sakit dan melakukan pemeriksaan kesehatan, dokter memberikan obat jenis antibiotik untuk dikonsumsi. Ketika dokter memberikan antibiotik tersebut, keseluruhan pasien akan mendapatkan arahan yang sama dari dokter, yaitu “antibiotik harus dihabiskan”.
Pada umumnya, pasca pasien sakit dan melakukan pemeriksaan, tidak lagi mengonsumsi antibiotik dengan alasan sudah sembuh. Sebenarnya, antibiotik yang diberikan harus tetap dikonsumsi hingga habis walaupun tubuh sudah terasa bugar atau kembali sehat.
Maka dari itu timbul banyak pertanyaan, mengapa antibiotik harus dikonsumsi hingga habis? Bila tidak dikonsumsi hingga habis, apakah ada dampak negatif yang ditimbulkan?
Sebenarnya, obat antibiotik yang telah diresepkan oleh dokter, bila tidak dikonsumsi hingga habis akan menimbulkan resistensi antibiotik pada tubuh. Bakteri yang menginfeksi tubuh bisa saja belum sepenuhnya mati hingga kembali bermutasi dan menginfeksi kembali, walaupun tubuh sudah merasa sehat.
Dalam hal ini, bakteri yang bermutas akan menjadi lebih kebal terhadap antibiotik tertentu dan bakteri menjadi tidak mati bila kembali terjadi infeksi. pada kasus yang semakin parah, bakteri semakin sulit dilenyapkan bahkan berisiko menyebabkan kematian.
Resistensi antibiotik cukup berbahaya, hal ini terjadi karena beberapa jenis antibiotik lain mengalami kesulitan untuk membunuh bakteri yang lebih kuat sehingga pilihan yang dimiliki seseorang menjadi terbatas. Walaupun, resistensi antibiotik lebih mengarah pada seseorang yang mengalami kondisi medis tertentu dan tidak terjadi pada semua kasus pasien yang tidak menghabiskan antibiotiknya.
Kendati demikian, jangan anggap remeh akan resistensi antibiotic. Karena dalam menentukan apakah seseorang memiliki risiko tinggi mengalami resistensi antibiotik bukanlah hal yang mudah. Maka dari itu, alangkah lebih baik bila obat antibiotic benar-benar dikonsumsi hingga habis walau tubuh sudah merasa sehat dan sembuh dari penyakit yang diderita guna mencegah dampak dari resistensi antibiotik.
Lantas, apa yang harus dilakukan bila tubuh sudah merasa sehat dan obat antibiotik yang diberikan belum habis, namun ingin berhenti mengonsumsinya?
Dalam penggunaan obat antibiotik, boleh atau tidaknya pasien untuk berhenti mengonsumsinya hanyalah dengan mengonsultasikan hal tersebut kepada dokter. Dokter akan memberikan saran terbaik apa yang harus dilakukan pasien terhadap antibiotik yang sedang dikonsumsinya. Karena pada jenis penyakit tertentu seperti pada infeksi saluran kemih dan nyeri dada, dokter akan menjelaskan bahwa pada penyakit ini penggunaan antibiotik harus berhenti bila penyakit yang dirasakan telah sembuh.
Pada hakikatnya, ketika dokter memberikan antibiotik kepada pasiennya pasti sudah mempertimbangkan antara jenis penyakit serta kadar dan dosis antibiotiknya. Biasanya antibiotik yang diberikan paling cepat akan habis dalam jangka waktu 3 hari atau paling sama satu minggu. Jadi tepat cara terbaik bagi obat antibiotik adalah menghabiskannya dan jangan mengambil keputusan sendiri dalam mengonsumsi obat apapun yang telah diresepkan apalagi antibiotik.
Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.