Indonesia merupakan negara yang memiliki ragam makanan khas yang lezat untuk dinikmati. Makanan tersebut dapat berupa makanan besar atau makanan utama, namun bisa juga makanan camilan. Akan tetapi, ada satu makanan yang banyak digemari karena praktis, mudah didapat atau dibeli, hingga rasanya yang bisa memanjakan lidah, makanan tersebut adalah gorengan.
Selain karena praktis, mudah didapat dan rasanya yang cukup lezat, gorengan kerap diminati karena dinilai sebagai makanan yang cukup “merakyat” atau murah. Bayangkan saja, hingga saat ini masih banyak pedagang gorengan yang menjual dengan harga Rp1.000,00 (seribu rupiah) per satu biji. Di sisi lain, gorengan menjadi makanan yang bisa dijadikan camilan yang mengenyangkan atau sebagai menu pelengkap dari makanan utama.
Akan tetapi, mengonsumsi gorengan terlalu banyak dapat memberikan dampak yang buruk bagi kesehatan tubuh karena mengandung banyak lemak dan kalori dalam setiap suapannya. Berikut beberapa bahaya bila terlalu banyak mengonsumsi gorengan yang perlu dipahami:
1. Meningkatkan risiko penyakit kanker
Walau terkesan sepele, ternyata mengonsumsi gorengan terlalu banyak dapat memperbesar risiko seseorang terkena penyakit kanker. Hal ini disebabkan oleh zat akrilamida yang dapat terbentuk ketika proses menggoreng atau memasak dengan suhu yang tinggi.
Kandungan akrilamida dapat meningkat bila terpapar suhu yang tinggi, terutama pada makanan yang digoreng dan bertepung seperti tempe goreng tepung, tahu goreng tepung, dan ragam gorengan lainnya, serta ayam goreng tepung dan kentang goreng. Apabila terlalu sering dikonsumsi, zat akrilamida bisa memicu beberapa jenis kanker.
Di sisi lain, makanan yang digoreng mengandung lemak trans yang mampu meningkatkan jumlah senyawa yang meningkatkan potensi peradangan dalam tubuh. Hal ini dinilai dapat mendukung dalam meningkatnya risiko penyakit kanker.
2. Memperbesar risiko penyakit diabetes tipe 2
Umumnya, makanan yang digoreng dan bertepung mengandung kalori yang tinggi, lemak tidak sehat serta mengandung lebih banyak mengandung karbohidrat sederhana. Terlalu sering mengonsumsi makanan dengan kandungan lemak tinggi dapat memperbesar potensi penyakit diabetes tipe 2 yang dapat dialami oleh siapa saja.
3. Risiko komplikasi kehamilan
Selain memperbesar risiko diabetes tipe 2, pada wanita hamil menjadi berpotensi terjadinya diabetes gestasional bila memiliki kebiasaan mengonsumsi gorengan ketika sebelum hamil. Sedangkan diabetes gestasional mampu memperbesar potensi terjadinya komplikasi kehamilan yang tentunya membahayakan kesehatan sang ibu dan janinnya.
4. Obesitas
Makanan yang diproses dengan cara digoreng mengandung kalori yang cukup tinggi karena makanan tersebut menyerap lemak dari minyak. Jadi, potensi seseorang mengalami obesitas atau kelebihan berat badan menjadi meningkat bila asupan kalori harian terlalu tinggi. Padahal, obesitas berbahaya untuk kesehatan.
Di sisi lain, lemak trans pada gorengan dinilai mampu mempengaruhi kerja hormon yang bisa menaikkan nafsu makan. Jadi, makanan yang digoreng turut berperan dalam bertambahnya berat badan dan bertambahnya penyimpanan lemak.
5. Memperbesar risiko penyakit kardiovaskular
Bila terlalu banyak mengonsumsi gorengan dapat meningkatkan potensi seseorang mengalami obesitas, secara tidak langsung gorengan juga berpotensi meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, karena salah satu faktor risiko dari penyakit jantung adalah obesitas.
Selain itu, minyak goreng mampu meningkatkan kada kolesterol dalam tubuh karena mengandung banyak lemak jenuh dan lemak trans. Sedangkan kolesterol kerap menjadi salah satu penyebab dari penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung, penyakit jantung koroner dan stroke.
Mengonsumsi gorengan sah-sah saja selagi masih dalam jumlah yang wajar dan tidak terlalu sering. Akan tetapi, akan lebih baik bila membiasakan diri untuk mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi cukup agar kebutuhan gizi tubuh terpenuhi. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.