Jika berbicara perihal seks, di Indonesia terbilang suatu hal yang cukup tabu. Sejatinya, edukasi dan sosialisasi seputar seksual sangat disarankan untuk diberikan kepada remaja. Edukasi seksual merupakan solusi utama sebagai tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengimbau seluruh negara di Dunia untuk memberikan edukasi seksual. Hal ini disebabkan karena risiko penularan HIV/AIDS dan penyakit menular seksual lainnya masih terbilang tinggi dikalangan remaja.
Bila mengacu pada data yang dimiliki UNICEF atau Organisasi Anak Dunia, pada tahun 2016 remaja dengan rentang usia 15 – 19 tahun ada sekitar 2,1 juta remaja yang positif terinfeksi HIV/AIDS dengan 1,2 juta adalah perempuan dan 900 ribu adalah laki-laki. Unicef juga menjelaskan bahwa kasus kematian akibat HIV/AIDS berjumlah 55 ribu pada remaja dengan rentang usia 10 – 19 tahun.
Pada tahun 2012, Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) mengungkapkan, bahwa para remaja mengalami penurunan perihal pengetahuan manfaat kondom. Walaupun pada remaja yang sudah menuju dewasa, tinggal di daerah perkotaan dan berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih paham dengan manfaat kondom guna mencegah HIV/AIDS, penyakit menular seksual dan mencegah kehamilan.
Masa remaja merupakan fase dimana keinginan untuk mencoba hal baru sangat kuat. Apabila tidak diarahkan dan dibimbing dengan baik, remaja sangat berpotensi terjerumus kepada hal yang negatif. Oleh karena itu, pemberian edukasi seksual yang tepat sangat penting untuk diterapkan.
Di sisi lain, edukasi seksual pada remaja bermanfaat dalam memberikan pemahaman akan risiko seks bebas. Pengetahuan ini bermanfaat pula sebagai bekal para remaja kelak ketika hendak berumah tangga di masa mendatang. Karena hubungan suami istri yang sehat sangat menunjang lahirnya keharmonisan dalam rumah tangga.
Salah satu alasan mengapa edukasi seksual jarang diadakan, adalah banyaknya kekhawatiran bila edukasi seksual dapat memicu remaja untuk berhubungan seks, seperti seks bebas ataupun seks pra nikah. Sejatinya, edukasi seksual adalah gerakan bersama guna melindungi generasi muda juga membantu generasi muda meraih masa depan yang lebih cerah. Dan realitanya, edukasi seksual cukup efektif menekan tingkat hubungan seksual di kalangan remaja, serta menekan angka penyakit menular seksual juga kehamilan yang tidak direncanakan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pun menyatakan bahwa para remaja perlu mengetahui dan memahami kesehatan reproduksi, agar wawasan yang benar seputar proses reproduksi dan faktor-faktor lain yang berkaitan. Dengan begitu, diharapkan remaja akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab perihal proses reproduksi.
Beberapa pengetahuan dasar reproduksi yang disarankan IDAI diantaranya:
· Pengenalan sistem, proses, serta fungsi alat reproduksi seputar aspek tumbuh kembangnya
· Bahaya penyakit menular seksual dan HIV/AIDS berikut cara mencegahnya
· Kekerasan seksual berikut cara menghindarinya
· Perencanaan pernikahan dan kehamilan yang tepat
· Pengaruh media sosial terhadap perilaku seksual
· Hak-hak reproduksi
· Bahaya penyalahgunaan obat-obatan terlarang pada kesehatan reproduksi
· Pembekalan pengetahuan untuk membangun kemampuan komunikasi dan kepercayaan diri remaja dalam melawan hal yang bersifat negatif
Reproduksi adalah sebuah proses yang menjadi tanggung jawab bersama. Jadi, semua remaja perlu memahami aspek kesehatan reproduksi. Di sisi lain, hal yang tidak kalah penting dalam hal ini adalah didikan orang tua dan keluarga dalam membentuk karakter yang baik. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.