Kekerasan dalam rumah tangga atau akrab disebut dengan KDRT merupakan permasalahan yang sangat serius. Kekerasan dalam KDRT dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis maupun kekerasan seksual, seperti ancaman, penghinaan, manipulasi psikologis, hingga tindakan menyakiti secara fisik. Dalam sebuah rumah tangga, KDRT termasuk perilaku yang sangat buruk dan jangan pernah dibiarkan berlarut-larut. Karena KDRT mampu memberikan dampak buruk bagi kesehatan fisik maupun kesehatan mental.

Cakupan KDRT tidak hanya sebatas perilaku kasar suami ke istri atau sebaliknya, namun juga oleh anggota keluarga lain yang berada dalam ikatan pernikahan, seperti orang tua ke anak dan mertua ke menantu. Semua bentuk kekerasan dalam rumah tangga dapat memberikan dampak berbahaya bagi siapapun yang mengalaminya. Bahaya serta dampak buruk yang akan dialami oleh korban KDRT seperti:

1.Kesehatan mental terganggu

Walaupun tindakan KDRT umumnya berhubungan langsung dengan tindakan fisik, namun KDRT tidak menutup kemungkinan akan memberikan luka batin pada korbannya, seperti depresi, trauma, gangguan kecemasan dan rasa takut yang berlebihan. Bahkan dalam beberapa kasus KDRT, korban bisa saja timbul keinginan untuk menyakiti diri sendiri hingga muncul keinginan untuk bunuh diri.

2.Rasa sakit dan luka pada fisik

Tindakan kekerasan yang diterima korban KDRT umumnya berupa pukulan, tamparan, cekikan, jambakan ataupun cekikan yang pastinya memberikan rasa sakit pada tubuh korban. Rasa sakit yang diderita korban dapat berupa memar hingga luka terbuka yang berdarah. Bahkan bila tindakan KDRT terlampau parah, ada juga korbannya yang mengalami kulit melepuh karena disiram air panas atau patah tulang karena hantaman yang terlalu keras bahkan gegar otak.

3.Mengganggu kesehatan organ reproduksi

Seperti yang telah dijelaskan di awal, bahwa KDRT dapat berupa kekerasan fisik, kekerasan psikis ataupun kekerasan seksual. Bila korban KDRT mengalami kekerasan seksual, tidak menutup kemungkinan korban dapat mengalami gangguan bahkan luka pada saluran reproduksinya. Kekesaran seksual dapat mengakibatkan korbannya merasa sakit ketika berhubungan seks, nyeri pinggul, luka hingga pendarahan pada organ reproduksinya.

Perilaku KDRT merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan, serta siapa pun tidak ada yang layak menerima perilaku KDRT. Oleh karena itu, berikut sikap yang tepat bila mengalami tindakan KDRT:

·Ungkapkan dan akui bahwa KDRT benar-benar terjadi. Jangan pernah berusaha untuk memaklumi terus-menerus perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pelaku.

·Dokumentasikan setiap kekerasan yang dilakukan juga luka yang ditimbulkan. Hal ini bermanfaat sebagai barang bukti untuk menghukum pelaku.

·Jangan pernah menyalahkan diri sendiri, karena KDRT bisa saja terjadi tanpa didasari oleh sebuah kesalahan.

·Bicarakan baik-baik dengan pelaku, contohnya bila mendapatkan perilaku KDRT dari suami, coba jelaskan dengan baik bahwa tindakan itu tidak baik.

·Hindari dan jauhi pelaku bila KDRT dilakukan berulang kali.

·Siapkan tas berisikan barang penting yang sekiranya dibutuhkan bila hendak pergi meninggalkan rumah.

·Bila KDRT yang dilakukan terlalu parah, siapkan nomor atau handphone baru ketika hendak pergi dari rumah agar tidak bisa dilacak oleh pelaku. Bawa barang penting yang dibutuhkan, termasuk membawa barang bukti dari tindakan kekerasan yang telah dilakukan.

KDRT adalah perilaku buruk yang tidak terpuji. Diharapkan setelah mengetahui bahaya dan cara mengambil sikap yang tepat bila menjadi korban KDRT, semakin memperbesar kesadaran bahwa KDRT merupakan hal yang harus dilawan dengan cara yang bijaksana.

Jangan ragu untuk melakukan konsultasi perihal kesehatan fisik ke dokter serta melakukan konsultasi kesehatan jiwa ke psikiater untuk memperoleh solusi yang tepat bagi korban KDRT. Akan tetapi bila KDRT dirasa sudah terlalu parah, jangan ragu untuk melaporkan ke pihak yang berwajib. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.