Covid-19 subvarian XBB adalah turunan dari Omicron SARS-CoV-2 atau B.1.1.529 yang pertama kali dilaporkan di India pada Agustus lalu. Walaupun varian baru Covid-19 ini memiliki gejala yang bersifat ringan, namun memiliki penyebaran dan penularan yang sangat cepat hingga adanya kemungkinan adanya imun escape. Sejak pertama kali ditemukan, Covid-19 subvarian XBB ini sudah dilaporkan oleh 24 negara termasuk Indonesia, hingga Singapura mengalami lonjakan yang signifikan akibat varian XBB ini.
Pada dasarnya, mutasi virus merupakan hal yang wajar guna mempertahankan hidupnya juga menyesuaikan diri terhadap lingkungan dimana virus tersebut hidup. Varian Omicron memiliki 32 titik mutasi, dengan mutasi terbanyak terdapat pada bagian gen yang mengkode protein spike. Sehingga subvarian XBB termasuk dalam varian Omicron dengan ciri khas penyebarannya yang lebih cepat daripada varian sebelumnya.
Umumnya, orang yang terinfeksi Covid-19 XBB merasakan gejala klinis ringan, seperti gejala infeksi saluran napas, mulai dari batuk, pilek, sakit tenggorok, rasa nyeri saat menelan hingga demam. Berdasarkan penjelasan Angky Budianti, selaku Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Konsultan, yang menjelaskan bahwa subvarian XBB tidak memiliki perbedaan yang signifikan, karena masih sesama varian Omicron. Namun Covid-19 XBB akan cukup berbeda bila dibandingkan dengan varian Delta yang memiliki tingkat penyebaran yang cepat juga memiliki gejala yang berat yang mengakibatkan banyaknya pasien yang melakukan rawat inap di Rumah Sakit bahkan meninggal dunia.
Pada dasarnya, Omicron sudah memiliki beberapa subvarian atau turunan, seperti BA.2, hingga BA.5. Untuk subvarian XBB sendiri, merupakan rekombinasi dari dua turunan BA.2, yaitu BA.2.10.1 dan BA.2.75. Hingga dokter Angky mengibaratkan bahwa subvarian XBB seperti “cucu” dari varian Omicron.
Mengutip dari laman covid19.go.id, awalnya kasus Covid-19 subvarian XBB merupakan transmisi lokal yang ditemukan pada seorang wanita berusia 29 tahun setelah kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Wanita tersebut mengalami gejala berupa demam, batuk dan pilek, lalu dinyatakan sembuh dari Covid-19 varian XBB pada 3 Oktober 2022 lalu.
Bila mengacu pada data World Health Organization (WHO), bahwa prevalensi XBB di dunia mencapai 1,3% yang telah ditemukan di 35 negara per 27 Oktober 2022. Covid-19 varian XBB memiliki tingkat penyebaran cukup cepat, namun fatalitas yang dimiliki tidak lebih parah dari varian Omicron. Kendati demikian, tetap patuhi protokol kesehatan Covid-19 serta senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan diri. Jangan ragu utuk melakukan testing jika mengalami tanda ataupun gejala Covid-19. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.