Pada umumnya, perkembangan diabetes terjadi secara bertahap. Namun untuk diabetes tipe 1, gejala yang terjadi bisa muncul secara tiba-tiba. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan rutin agar diabetes dapat terdiagnosis sejak awal kemunculannya. Apalagi pada beberapa kelompok yang lebih berisiko terkena diabetes. Kelompok tersebut adalah:

· Wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional ketika masa kehamilan

· Orang dengan usia lebih dari 45 tahun

· Orang yang telah terdiagnosis menderita prediabetes

· Orang dengan indeks massa tubuh (BMI) diatas 25

Dalam mendiagnosis diabetes baik itu tipe 1 ataupun tipe 2, pemeriksaan yang mutlak dilakukan adalah tes gula darah. Tes gula darah dilakukan sesuai dengan anjuran dokter perihal waktu ataupun metode yang akan dijalani. Dari hasil pemeriksaan gula darah tersebutlah seseorang dapat didiagnosis menderita diabetes atau tidak.

Tes gula darah dalam mendiagnosis diabetes memiliki beberapa metode, yaitu:

1. Tes gula darah puasa

Tujuan tes gula darah puasa adalah untuk mengukur kadar glukosa dalam darah ketika pasien menjalani puasa. Sebagaimana namanya, 8 jam sebelum dilakukan pemeriksaan pasien akan diminta untuk berpuasa terlebih dahulu.

Pasien dapat dikatakan menderita diabetes bila hasil tes gula darah puasa mencapai angka 126 mg/DL atau lebih. Sedangkan bila hasil tes gula darah puasa pasien berada di antara 100 – 125 mg/DL, dapat menunjukkan pasien menderita prediabetes. Namun, pasien dapati dikatakan normal bila hasil tes gula darah puasa berada di bawah 100 mg/DL.

2. Tes gula darah sewaktu

Tes ini tidak mewajibkan pasien untuk berpuasa terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya tes gula darah sewaktu adalah untuk mengukur kadar glukosa darah pada jam tertentu secara acak. Pasien dapat didiagnosis menderita diabetes bila hasil tes gula darah sewaktu menunjukkan kadar gula 200 mg/DL.

3. Tes toleransi glukosa

Pada tes toleransi glukosa ini, pasien akan diminta untuk berpuasa semalam, lalu menjalani tes gula darah puasa. Setelah itu pasien akan diminta untuk meminum larutan gula khusus, kemudian 2 jam setelah meminum larutan gula sampel gula darah pasien akan kembali diambil.

Hasil tes toleransi glukosa pasien yang berada di angka 200 mg/DL atau lebih, pasien dapat didiagnosis menderita diabetes. Sedangkan hasil tes toleransi glukosa di antara 140 – 199 mg/DL menunjukkan pasien menderita prediabetes. Dan hasil tes toleransi glukosa pasien dapat dikatakan normal bila kurang dari 140 mg/DL.

4. Tes hemoglobin glikasi (HbA1C)

Hemoglobin adalah protein yang bertugas membawa oksigen dalam darah. Sedangkan tes hemoglobin glikasi dilakukan untuk mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin. Tujuannya adalah untuk mengukur rata-rata kadar glukosa pasien selama 2 – 3 bulan terakhir.

Pasien dapat dikatakan menderita diabetes bila hasil tes hemoglobin glikasi di atas 6,5%. Sedangkan pasien dengan hasil tes hemoglobin glikasi di antara 5,7 – 6,4% menjelaskan bahwa pasien menderita prediabetes. Dan hasil tes hemoglobin glikasi dapat dikatakan normal bila berada di bawah 5,7%.

Dalam tes ini, pasien tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.

5. Pemeriksaan estimasi glukosa rata-rata (eAG)

Pemeriksaan estimasi glukosa rata-rata ini juga dapat dilakukan guna mengetahui kadar gula darah secara lebih akurat.

Dokter akan menyarankan untuk melakukan tes antibodi guna mendeteksi antibodi yang merusak organ dan jaringan tubuh, khusus bagi pasien yang diduga menderita diabetes tipe 1.

Jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan gula darah, karena pemeriksaan tersebut sangat bermanfaat dalam mendeteksi penyakit diabetes lebih awal. Selain itu, bila sudah didiagnosis menderita diabetes, dokter juga dapat merencanakan metode pengobatan apa yang baik untuk dilakukan sesuai dengan kondisi pasien. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.