TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang umumnya menyerang paru-paru. TBC menjadi penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian, bahkan TBCmenempati urutan ke-13 penyakit yang mampu menyebabkan kematian. Tak hanya itu, TBC menempati urutan ke-2 penyakit paling mematikan setelah Covid-19. Sehingga, bagi seseorang yang mengalami gejala-gejala TBC, sangat disarankan untuk menjalani pemeriksaan ke dokter guna memperoleh penanganan yang optimal.
Dalam proses diagnosis TBC, umumnya dokter akan mengawali dengan tanya jawab kepada pasien seputar keluhan yang dirasakan dan riwayat penyakit yang pernah diderita, serta apakah memiliki keluarga dengan riwayat penyakit TBC. Bila telah melewati tahap awal tersebut, dokter baru akan menjalani pemeriksaan fisik yang berfokuskan kepada paru-paru pasien. pemeriksaan fisik tersebut dapat dilakukan dengan cara mendengarkan suara napas pada paru-paru pasien lewat stetoskop.
Dokter dapat melakukan pemeriksaan dahak pada pasien yang diduga menderita TBC, atau dalam bahasa medis disebut dengan pemeriksaan BTA. Pemeriksaan BTA atau teknik pemeriksaan bakteri tahan asam ialah mengumpulkn dahak atau sputum pasien yang disinyalir terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis. Pemeriksaan BTA ini terbilang mudah dan tidak memakan waktu yang lama. Akan tetapi, pasien akan diminta untuk melakukan pemeriksaan kultur BTA bila dokter memerlukan hasil pemeriksaan yang lebih spesifik. Pemeriksaan ini juga menggunakan sampel dahak pasien, namun akan membutuhkan waktu pemeriksaan yang lebih lama.
Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan BTA pada penderita TBC selain paru-paru, akan tetapi pemeriksaan yang dilakukan menggunakan sampel selain dahak.
Sebenarnya, dokter bisa saja menetapkan diagnosis TBC melalui tanya jawab, pemeriksaan fisik, foto rontgen paru ataupun pemeriksaan BTA. Namun pada beberapa kasus, dokter dapat menganjurkan pasien untuk melakukan serangkaian pemeriksaan TBC lainnya untuk mendukung diagnosisnya. Rangkaian pemeriksaan tersebut berupa:
· Tes kulit mantoux atau tuberculin skin test
· Interferon gamma release assay atau tes darah IGRA
· Bronkoskopi
· CT Scan
Kemudian, TBC atau tuberkulosis juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat TBC antara lain:
1. Paru-paru mengalami kerusakan secara permanen
TBC atau tuberkulosis dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada paru-paru secara permanen. Hal ini dapat terjadi apabila TBC yang diderita tidak mendapatkan penanganan atau tidak menjalani pengobatan dengan baik.
2. TBC menyebar ke organ lain
Selain bisa menyebabkan kerusakan paru-paru permanen, TBC yang tidak mendapatkan penanganan juga dapat menyebar ke organ lainnya hingga memicu timbulnya komplikasi seperti gangguan pada hati, gangguan pada ginjal, penyakit jantung, meningitis, kerusakan sendi, rasa nyeri hingga patah tulang belakang.
3. Kematian
Jika TBC telah berkembang menjadi semakin parah dan telah menyebar ke organ lain, dapat beresiko berupa kematian.
Jangan ragu untuk melakukan konsultasi kesehatan ataupun pemeriksaan ke dokter bila merasakan gejala TBC. Apalagi bila memiliki keluarga yang menderita TBC serta tinggal dalam rumah yang sama. Diagnosis dan pengobatan yang dilakukan sedini mungkin, sangat membantu dalam menekan risiko mengalami komplikasi. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.