Pada umumnya, dokter akan bertanya kepada pasien tipes perihal gejala yang dialami, tempat tinggal pasien, riwayat perjalanan pasien dan obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien dalam mengawali diagnosisnya. Kemudian, dokter baru akan menjalani pemeriksaan fisik dengan melihat apakah ada bercak merah di kulit serta mengukur suhu tubuh pasien. selain itu, dokter juga akan mendeteksi nyeri juga memeriksa apakah ada kemungkinan pasien mengalami hepatosplenomegali atau pembengkakan di limpa dan hati pasien dengan menekan perut pasien.

Lalu, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dokter guna menetapkan diagnosisnya. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa pemeriksaan kultur darah, urin atau tinja guna mendeteksi bakteri salmonella typhi yang ada pada tubuh, serta tes TUBEX TF guna mendeteksi antibodi terhadap bakteri salmonella typhi melalui sensitivitas yang lebih tinggi daripada tes Widal.

Tes Widal terbilang sering digunakan untuk mendiagnosis tipes di Indonesia. Namun dokter tetap akan mengupas hasil tes Widal dengan sangat hati-hati. Karena hampir semua orang pernah terpapar bakteri salmonella typhi di daerah endemik tipes seperti Indonesia. Lalu, tubuh secara alami telah membentuk antibodi terhadap bakteri salmonella typhi ini.

Jadi, saat tes Widal berlangsung, antibodi yang terdapat dalam tubuh pasien bisa saja memberikan reaksi positif. Hasil pemeriksaan Widal tersebut tidak berarti seseorang positif menderita tipes, namun sebaliknya.

Penderita tipes dapat mengalami komplikasi, umumnya komplikasi tersebut terjadi 3 minggu sejak awal terinfeksi. Karena 1 dari 10 penderita tipes berpotensi mengalami komplikasi. Terlebih bila tipes yang dialami tidak diobati menggunakan antibiotik yang tepat atau bahkan terlambat mendapatkan penanganan.

Beberapa komplikasi yang mungkin dialami oleh penderita tipes yaitu:

1. Terjadi pendarahan di saluran pencernaan

Komplikasi yang mungkin dialami oleh penderita tipes yang pertama adalah pendarahan pada saluran pencernaan, dengan gejala sebagai berikut:

· Tinja berwarna hitam

· Muntah darah

· Kulit menjadi pucat

· Tubuh lemas

· Sesak napas

· Merasa bingung atau linglung

· Denyut jantung tidak teratur

· Pingsan

2. Perforasi

Perforasi atau robekan yang terjadi di saluran perncernaan terjadi karena dinding saluran pencernaan terluka dan membuat lubang. Sehingga, isi dari saluran pencernaan dapat masuk ke lapisan pelindung rongga perut atau peritoneum. Robekan yang terjadi di saluran pencernaan bisa mengakibatkan sakit perut yang luar biasa, mual dan muntah.

Seseorang dapat terserang peritonitis bila bakteri penyebab tipes menyebar hingga ke peritoneum. Karena peritoneum tidak mempunyai mekanisme pertahanan yang bekerja melawan infeksi.

Umumnya, dokter di rumah sakit akan memberikan suntikan antibiotik sebelum melakukan prosedur operasi penutupan lubang di dinding usus.

3. Ensefalopati tifoid

Walaupun komplikasi ini termasuk kasus yang jarang terjadi, akan tetapi ensefalopati tifoid dapat terjadi jika penderita tipes tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat serta mengalami infeksi yang makin parah. Umumnya, gejala dari komplikasi ini meliputi gelisah, linglung, mengantuk, bicara kacau, kesadaran menurun hingga koma.

Pemeriksaan kesehatan ke dokter bermanfaat dalam mendeteksi tipes yang dialami serta penanganan pun dapat dilakukan sedini mungkin. Tak hanya itu, pemeriksaan juga bermanfaat dalam mendeteksi penyakit yang diderita. Karena gejala dan keluhan tipes juga serupa dengan gejala infeksi lain. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.