Hari kusta sedunia (World Leprosy Day) diperingati setiap tahun pada Minggu terakhir bulan Januari. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa Hari Kusta Sedunia diperingati setiap tahun, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap penyakit kusta dan penderitanya.

Kusta atau Lepra dengan nama lain Penyakit Hansen atau Morbus Hansen adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, jaringan saraf perifer dan saluran pernapasan

Kusta atau lepra yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae dapat ditandai dengan kelemahan atau mati rasa pada tungkai dan kaki yang diikuti dengan munculnya lesi kulit. Kusta atau lepra disebabkan oleh infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui air liur dan tetesan lendir yang keluar saat penderita kusta batuk atau bersin.


Sejarah Kusta

Bila melihat catatan WHO yang mengacu pada literatur peninggalan peradaban kuno, kusta adalah penyakit yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. WHO juga menjelaskan bahwa sepanjang sejarah para penderita kusta seringkali dikucilkan oleh masyarakat dan keluarga.

Dalam sejarah modern, kusta disebut juga sebagai penyakit Hansen. Karena Mycobacterium leprae (M. Leprae) ditemukan oleh G.A. Hansen (1873) yang merupakan bakteri penyebab dari penyakit ini.

Terobosan pertama dalam pengobatan kusta datang pada tahun 1940-an dengan pengembangan obat Dapson, yang dapat mengobati kusta. Namun, lamanya pengobatan bisa bertahun-tahun, seringkali seumur hidup, sehingga menyulitkan pasien untuk minum obat.

Bakteri M. leprae pada tahun 1960-an mulai mengembangkan resistensi terhadap dapson. Satu-satunya obat anti kusta yang dikenal pada saat itu. Lalu dengan jeda waktu yang tidak terlalu lama, obat rifampisin dan klofazimin ditemukan dan ditambahkan dalam rejimen pengobatan kusta kemudian diberi label sebagai terapi multidrug (MDT).

Tahun 1981, MDT menjadi pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO kepada pasien kusta. Rejimen MDT yang direkomendasikan yaitu dapson, rifampisin dan klofazimin. Pengobatan ini berlangsung selama enam bulan untuk paucibacillary dan 12 bulan untuk kasus multibacillary. Dan MDT terbukti bisa mematikan patogen dan menyembuhkan pasien.


Gejala Kusta

Gejala utama penyakit kusta adalah timbulnya bercak putih dan perubahan warna kulit berupa benjolan yang tidak hilang setelah beberapa minggu atau lebih. Lesi kulit juga disertai dengan otot terasa lemas, gejala mati rasa dan kelemahan pada area tersebut. Penyakit kusta juga dapat menimbulkan gejala lain pada kulit. Kondisi ini tergantung pada pertumbuhan bakteri itu sendiri, dan jenis kusta mempengaruhi pengobatan kita.

1.   Tuberkuloid

Bentuk kusta yang paling ringan. Tipe orang ini hanya memiliki satu atau lebih bintik datar dan tipis (paucibacillary leprosy), disingkat PB. Area kulit yang terkena bisa menjadi lumpuh karena kerusakan saraf di bawahnya. Kusta tuberkulosis kurang menular dibandingkan spesies lain.

2.   Lepromatosa

Kusta yang lebih parah. Orang dengan jenis kusta ini mengembangkan benjolan kulit yang luas, ruam (kusta multi bakteri), mati rasa, dan otot terasa lemas. Hidung, ginjal, dan organ reproduksi pria juga dapat terpengaruh. Kusta kusta lebih menular daripada kusta tuberkulosis.

3.   Borderline

Kusta tipe ini adalah penderita yang mempunyai gejala gabungan dari kusta jenis tuberculoid dan jenis lepromatosa.


Gejala kusta tidak terlalu tampak secara jelas di awal. Untuk beberapa kasus gejala kusta baru tampak setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita dengan rentang waktu 20-30 tahun. Gejala kusta yang bisa dirasakan oleh penderitanya antara lain:

1.Kulit mengalami mati rasa dan kehilangan kemampuan merasakan suhu, tekanan, sentuhan hingga rasa sakit.

2.Kulit tidak berkeringat.

3.Tidak terasa sakit bila muncul luka.

4.Muncul lesi pucat, berwarna terang dan menebal di kulit.

5.Hilangnya alis dan bulu mata.

6.Terjadi pelemahan otot, terutama otot tangan dan kaki.

7.Mata kering dan jarang berkedip

8.Mimisan, hidung tersumbat hingga kehilangan tulang hidung.

Ketika kusta menyerang sistem saraf, dapat menyebabkan hilangnya rasa, seperti rasa sakit. Hal ini dapat berarti bahwa yang bersangkutan tidak dapat merasakan luka atau luka pada tangan atau kaki, yang dapat mengakibatkan gejala kehilangan jari tangan atau kaki.

Kusta dapat dikelompokkan menjadi 6 jenis berdasarkan tingkat keparahan dan gejalanya :

1.intermediate leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar berwarna pucat atau lebih cerah dari warna kulit sekitarnya yang terkadang bisa sembuh dengan sendirinya.

2.Tuberculoid leprosy, ditandai dengan beberapa lesi datar yang kadang berukuran besar, mati rasa, hingga disertai dengan pembesaran saraf.

3.Borderline tuberculoid leprosy, ditandai dengan adanya lesi yang berukuran lebih kecil dan lebih banyak dari tuberculoid leprosy.

4.Mid-borderline leprosy, ditandai dengan banyak lesi kemerahan, tersebar secara acak dan asimetris, mati rasa, serta pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

5.Borderline lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak bisa berbentuk datar, benjolan, nodul, dan terkadang mati rasa.

6.Lepromatous leprosy, ditandai dengan lesi yang tersebar dengan simetris, umumnya lesi yang timbul mengandung banyak bakteri, juga disertai dengan rambut rontok, gangguan saraf, hingga kelemahan gerak anggota tubuh.


Pengobatan Kusta

Tujuan utama pengobatan kusta adalah untuk memutus mata rantai penularan, menurunkan angka kejadian penyakit, mengobati dan menyembuhkan penyandang kusta, serta mencegah kecacatan. Kombinasi beberapa antibiotik digunakan dalam pengobatan kusta untuk membantu pasien pulih dan mencegah resistensi.

Penderita kusta diberikan kombinasi antibiotik selama 6 bulan sampai 2 tahun. Jenis, dosis dan lama pemberian antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta. Berurusan dengan kusta sebenarnya bukan hanya sekedar takaran. Pengobatan penyakit ini juga bisa dilakukan dengan pembedahan. Tujuan pembedahan pada penderita kusta diantaranya: Menormalkan fungsi saraf yang rusak, memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat dan mengembalikan fungsi anggota tubuh.

Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah rifampicin, dapsone, minocycline, ofloxacin, dan clofazimine. Untuk indonesia pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multidrug therapy).

Lalu untuk operasi umumnya dilakukan sebagai pengobatan dan penanganan lanjutan setelah pengobatan dengan antibiotik. Dan operasi penderita kusta memiliki tujuan untuk menormalkan fungsi saraf yang rusak, memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat dan mengembalikan fungsi anggota tubuh.

Kemudian upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kusta diantaranya: mengedukasi tentang kusta terutama di daerah endemik kusta, melakukan diagnosis sedini mungkin dan melakukan pengobatan untuk mencegah adanya penularan karena sampai saat ini kusta belum memiliki vaksin khusus. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.