Stroke adalah keadaan dimana suplai darah ke otak tersumbat oleh penyumbatan pembuluh darah (stroke iskemik) atau pembuluh darah yang pecah (stroke hemoragik) yang membuat area tertentu di otak kekurangan oksigen dan nutrisi yang menyebabkan kematian pada beberapa sel-sel otak.

Dalam mendiagnosis stroke, pada umumnya dokter akan mengawali dengan melakukan tanya jawab kepada anggota keluarga pasien tentang awal kemunculan gejala, riwayat kesehatan pasien dan keluarga juga obat-obatan yang sedang dikonsumsi pasien. Kemudian, dokter baru akan memeriksa fisik pasien secara keseluruhan.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter kepada pasien stroke, seperti pemeriksaan darah atau tes darah, detak jantung dan bunyi abnormal pada pembuluh darah leher menggunakan stetoskop. Selain itu, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan beberapa hal, seperti:

· Gangguan bicara atau penglihatan

· Tingkat kewaspadaan

· Otot lemah atau mati rasa pada wajah, lengan dan tungkai

· Kemampuan koordinasi dan keseimbangan tubuh

Agar memudahkan dokter dalam memastikan diagnosis, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang akan direkomendasikan, yaitu:

1. MRI

Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging atau lebih dikenal dengan MRI, dilakukan dengan tujuan agar menghasilkan gambaran detail otak pasien. Pemeriksaan MRI berguna untuk mendeteksi jaringan otak yang mengalami kerusakan yang disebabkan oleh stroke iskemik atau pendarahan otak.

2. CT Scan

Pemeriksaan CT scan dapat memudahkan dokter dalam melihat kondisi otak secara lebih detail. Pemeriksaan CT scan berguna dalam mendeteksi apakah ada tanda-tanda pendaraham, tumor, stroke atau kondisi lainnya.

3. Elektrokardiografi

Pemeriksaan elektrokardiografi atau EKG dilakukan untuk mengetahui aktivitas listrik pada jantung. Pemeriksaan EKG ini berguna agar dokter dapat mendeteksi bila ada gangguan irama jantung maupun penyakit jantung coroner yang bisa saja menyertai stroke.

4. Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi dilakukan untuk mendeteksi bila ada penurunan fungsi pompa jantung dan sumber gumpalan yang ada di dalam jantung. Karena gumpalan tersebut dapat bergerak dari pembuluh darah jantung ke pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan stroke.

5. USG dropples karotis

Pemeriksaan USG dropples karotis dilakukan untuk mendeteksi adanya penumpukan lemak (plak) dan kondisi aliran darah dalam arteri karotis. Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara agar menghasilkan gambar detail aliran darah pada pembulih arteri karotis di leher.

Stroke juga berpotensi mengakibatkan munculnya berbagai masalah kesehatan lain yang tentunya dapat membahayakan nyawa. Komplikasi stroke tersebut yaitu:

1. Lumpuh atau cacat permanen

Stroke dapat menyebabkan otot lemas hingga tidak mampu untuk digerakkan. Kondisi tersebut bisa menimbulkan gangguan keseimbangan yang mengakibatkan risiko terjatuh atau cedera semakin meningkat

2. Sulit bicara dan menelan

Stroke mempengaruhi kerja otot-otot yang ada pada mulut dan tenggorokan, sehingga penderita stroke dapat mengalami kesulitan bicara dan menelan.

3. Pneumonia aspirasi

Pneumonia aspirasi disebabkan karena adanya kerusakan saraf pada otot-otot yang bekerja untuk menelan. Sehingga makanan dan minuman yang dikonsumsi berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan.

4. Nyeri pada anggota tubuh yang terkena stroke

Anggota tubuh yang terkena stroke dapat terasa nyeri bahkan mati rasa, sehingga penderita stroke dapat mengalami sensasi kesemutan pada bagian tersebut.

5. Deep vein thrombosis

Adanya penggumpalan darah di tungkai atau deep vein thrombosis dapat terjadi pada penderita stroke karena tubuh yang tidak bisa bergerak dalam waktu yang lama. Dalam beberapa kasus, gumpalan darah tersebut dapat menuju ke paru-paru hingga mengancam jiwa penderitanya.

6. Hidrosefalus

Beberapa penderita stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus karena adanya penumpukan cairan dalam rongga otak. Sebagai upaya penanganannya, dokter akan memasang selang khusus ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut.

7. Perubahan perilaku

Tidak sedikit penderita stroke yang mengalami perubahan perilaku, seperti halnya mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Di sisi lain, seseorang yang pernah mengalami stroke mungkin akan memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-harinya, contoh bila ingin mengganti pakaian.

8. Depresi

Pada umumnya seseorang yang pernah mengalami stroke kesulitan dalam mengendalikan emosinya sehingga menyebabkan cenderung mengalami depresi.

Selain komplikasi stroke yang disebutkan, terdapat komplikasi lain yang sangat fatal, yaitu koma hingga kematian. Ketahui juga saja jenis-jenis stroke serta gejala dan faktor risiko stroke. Download aplikasi IHC Telemed di App Store dan Google Play dan nikmati layanan konsultasi langsung dengan dokter IHC dimanapun dan kapanpun. IHC Telemed, sehat dalam genggaman.